Sumbawa NTB - Guna mencegah menyebarnya faham yang dapat mengganggu kamtibmas, Binmas Polda NTB melakukan sosialisasi ke sejumlah pondok pesantren. Di Kabupaten Sumbawa, sosialisasi ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Gunung Galesa, Selasa (30/8) pagi.
Sosialisasi ini dihadiri oleh Ketua Ponpes Gunung Galesa, Drs. H. Muhammad Putra Akbar M.Pd.I, Wadir Binmas Polda NTB, AKBP. H. Zamroni S.Ag, Kasubdit Bintibsos Polda NTB, AKBP. I. Wayan Arsika, Kasat Binmas Polres Sumbawa, Iptu. Abdul Muis Tajudin, Kapolsek Moyo Hilir, Iptu. Ruslan, perwakilan Kantor Kemenag Sumbawa, Ustad H. Faisal Salim, S.Ag, dan sejumlah pihak terkait lainnya. Sosialisasi ini dilakukan, untuk menyampaikan terkait bahayanya faham intoleransi, radikalisme dan anti Pancasila.
Baca juga:
Pengertian Blog, Struktur Umum dan Jenisnya
|
Kasi Humas Polres Sumbawa, AKP. Sumardi, S.Sos mengatakan, kegiatan itu mendapat sambutan yang sangat positif dari pihak Pondok Pesantren Gunung Galesa. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi itu, diharapkan dapat disampaikan kembali oleh para pengurus Pondok kepada semua santri. Dengan harapan, apra santri pondok pesantren tersebut menjadi generasi terbaik untuk NKRI.
Sumardi memaparkan, dalam sosialisasi itu, Wadir Binmas Polda NTB memberikan materi terkait pancasila. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa. Namun situasinya tetap aman dan damai. Karena itu, persatuan ini harus terus dipelihara, dengan pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.
Sementara itu, lanjut Sumardi, perwakilan Kantor Kemenag Sumbawa menyampaikan, bahwa faham radikal sudah berkembang secara luas di dalam dan luar negeri. Faham tersebut muncul di karena-kan ketidak percayaan dan kepuasan terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Faham ini meng - anggap bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang benar. Padahal tindakan yang di lakukan oleh sekelompok orang yang menganut faham tersebut merupakan tindakan yang mengancam kesatuan NKRI.
Adapun usaha atau upaya untuk mengatasi terjadinya paham radikalisme antara lain bisa dengan diadakan pembinaan tentang pemahaman agama yang baik. Melalui pendidikan formal maupun non formal untuk mengantisipasi masuknya paham radikal tersebut
Indonesia, terus diguncang berbagai tindakan radikalisme. Realitas ini jelas bukan sesuatu yang lumrah dan tidak menyenangkan bahkan dapat meng-hancurkan citra Islam itu sendiri. Hal itu secara otomatis telah menjadi tugas bagi para pemimpin agama Islam dan pemimpin negara. Guna bersama-sama merapatkan barisan, berpegangan tangan untuk maju bersama dalam mem-bangun dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Adb)